Ibu, Jagalah Bicaramu

ibu madrasah utama

Aniskhoir.com. Ada pepatah yang mengatakan “bapak kencing berdiri, anak kencing berlari” sebagai ungkapan apapun perilaku orang tua akan ditiru oleh anaknya. Dan pagi ini setidaknya ada sebuah pelajaran parenting sederhana yang saya dapatkan tentang perilaku seorang ibu. Ibu, Jagalah Bicaramu .

Pagi ini saya menemani tante bank untuk pergi ke bank. Kebetulan karena hari senin bank sedang ramai-ramainya. Antrian mengular. Berbagai keluhan pun keluar dari mulut nasabah. Terlebih yang pada saat itu sedang ada kesibukan dan menghabiskan waktu lebih banyak di bank. Diantara sekian nasabah itu saya mengamati seorang ibu dengan anak seusia Wan yang sedang aktif-aktifnya. Karena kesal dengan antrian dan tingkah anaknya yang mulai merenngek karena bosan, kata tak sopan keluar dari mulut si ibu. Bukan sekali, bahkan sampai saya kurang kerjaan dan menyimulkan bahwa perkataan yang tak layak di dengar sudah bahasanya sehari-hari.

Ketika saat itu, yang pertama harapan saya Wan yang kebetulan juga ikut ke bank tak mendengar perkataan ibu tersebut. Wan yang sedang kritis dengan aneka pertanyaan, rasanya saya tak sanggup menjelaskan apa yang dikatakan ibu tersebut. Saya pun segera mengalihkan apa dengan apa saja yang emmbuat Wan tidak tertuju pada sang ibu. Karena jujur, suara yang keras plus umpatan membuat mata tertuju padanya.

Sebagai sesama ibu, saya cukup sedih mendengar apa yang dikatakan ibu tersebut. Bukan menghakimi atas perilakunya, karena sebagai orang luar tidak paham apa yang sedang dialaminya. Bisa juga banyak masalah yang dihadapinya, kondisi sang ibu yang juga sedang lapar sehingga semakin menaikkan emosinya atau masih banyak kemungkinan lain. Dan lagi-lagi, saya mengingatkan diri sendiri karena “Ibu, Jaga bicaramu”.

Ada sebuah video inspiratif yang dikirim kakak saya di Grup WA keluarga. Ada seorang ibu single parent yang suaminya meninggal dunia dan memiliki 3 orang anak. 2 anaknya tumbuh menjadi anak yang cukup mapan dan berbakti pada sang orang tua. Namun justru anak yang ke 3 menjadi ujian bagi keluarga. Karena salah pergaulannya bukannya berbakti tetapi malah bertindak tidak terpuji. Sang anak suka keluyuran, pulang terlambat bahkan mabuk-mabukkan. Disisi lain sang ibu tak pernah memarahinya. Hanya dengan nasehat lembut dan kata yang penuh kasih sayang setiap menyambut anak datang plus sebuah doa setiap malamnya.

Suatu hari ibunya mengalami sakharotul maut. Dalam kondisi nafas putus sambung itulah anak yang ketiga sadar. Dengan penuh kesabaran membimbing sang ibu untuk mengucapkan kalimat Tahlil. Alhamdulillah sang ibu bisa khusnul khotimah dan sejak saat itu sang anak sadar atas perilakunya. Ia ingat bagaimana sang ibu tetap berperilaku dan berkata baikkepadanya bagaimanapun keadaannya. Juga merupakan sebuah jawaban doa dari sang ibu yang tak henti dipanjatkan.Kesimpulan dari cerita diatas sederhana saja, bagaimana keadaan anak kita tetap berbicara baik padanya. Tetap menyayanginya karena suatu hari bisa jadi akan berubah karena kata-kata orang tuanya.

Saya selalu ingat bahwa anak yang selalu dimaki akan akan belajar memaki pula. Kata-kata yang didengarnya lambat laun akan diucapkan pula. Saya pun mengamati anak yang mendapatkan kata-kata yang buruk pun akan mengucapkan apa yang didngarnya pula. 

Amat disayangkan, jika ternyata sumber keburukan itu justru berasal dari sang ibu. Ibu yang merupakan madrasah utama bagi anaknya seharusnya bisa menjadi contoh yang baik. Tidak perlu untuk menjadi ibu sempurna dengan segala prestasi yang akan dibanggakan, mulailah saja dengan Ibu jagalah bicaramu.  

16 pemikiran pada “Ibu, Jagalah Bicaramu”

  1. sangat inspiratif, seperti kata pepatah, buah jatuh tak jauh dari pohonya, sebagai orang tua kita adalah sebuah cerminan buat anak2 kita, seperti tulisan mbaknya, jagalah perilaku dan bahasa kita, krena orangtua adalah aktor utama yang berperan untuk anak2nya.

    Balas
  2. Anak-anak adalah mesin fotocopy terbaik. Mereka pandai meniru sekalipun itu tidak baik. Semoga setiap orang tua berhati-hati dalam berkata-kata ya.

    Balas
  3. Ibu memang merupakan sebuah panutan, tak hanya dari sekedar kata tetapi juga sikap dan perilaku. Terima kasih telah mengingatkan. Semua yang ada didepan mata merupakan pembelajaran bagi semua perempuan. Bagi semua ibu.

    Balas
  4. Memang susah mengendalikan amarah termasuk seorang ibu.

    Saya juga masih banyak belajar, termasuk mengendalikan emosi di tempat umum. Kadang sedih juga, kalau inget suka nyubit pipi anak karena susah dikendalikan

    Balas
  5. trims pengingatnya.. memang di alam bawah sadar ya kalau meniru perilaku itu. kan dekat sama ibu jadi kata2 ibu memang akan sering diingat dan dipraktekan anak

    Balas
  6. Wajib sih menurut ku soalnya apapun itu jadi contoh buat anak. belom lagi klo jelek, kan bisa jadi bahan omongan tetangga.

    Balas
  7. saya sering juga melihat seperti ini kadang suka nyesek liatnya. kebayang gimana kalau saya yang punya anak besok ya.. karena apa yang kita lakukan itupun yang akan diikuti oleh si anak, dari artikel yang saya baca..

    Balas

Tinggalkan komentar