Telur Yang Keliru

Gambar dari sini

Ada waktu dimana kenangan indah dan lucu membuat kita rindu dengan orang-orang yang ada di dalamnya. Meskipun jarak telah memisahkan namun, kenangan itu akan membawa pada kelekatan hati kembali. Dan, karena pesan Fila saya tertarik untuk menuliskan kisah kebersamaan kami di kos yang penuh suka duka dan tangis bahagia.

Hidup satu rumah dengan enam manusia yang mempunyai karakter berbeda sudah tidak diragukan lagi kehebohannya. Mulai dari kami yang bergantian jadi imam sholat berjamaah, dan tentunya kultum (kuliah tujuh menit) dengan berbagai tema yang kami kuasai. Dan, piket memasak yang pada gilirannya harus merelakan jatah tidur di pagi hari dan  dengan menu khas masing- masing. Juga tentunya memberi “kejutan” bagi peghuni yang sedang merayakan hari istimewa

Seperti tepat dihari ini, tiga tahun yang lalu Ayung berulang tahun. Kejutan kecil pun kami siapkan. Jangan berpikir kejutan itu adalah kue ulang tahun dengan lilin serta kado yang terbungkus cantik. Namun, membuatnya menjadi adonan kue menjadi bentuk perhatian kami kali ini #edisi_jahat_pertama.

Sudah menjadi kebiasaan jika kami beranggota lengkap, maka bergadang entah apa yang kami ributkan menjadi kebiasaan. Seandainya berkeinginan tidur terlebih dahulu, akan percuma saja. Selain akan terganggu dengan suara kami yang belum tidur, juga kami yang masih terjaga tidak akan rela. Mengganggu yang tidur pun jadi agenda #edisi_jahat_kedua.

Dan, karena kebiasaan bergadang serta “mengganggu” itulah malam itu aksi kita terhadap ayung pun serasa diamini. Rencana mulai, tugas pun dibagi. Amal yang kali ini kebagian menaburkan tepung. Sedangkan Ulfa yang melempar telur. Sedangkan Fila, saya dan lainnya selain bertugas mengunci sasaran ke dekat kamar mandi (sehingga membersihkannya mudah) juga menyiram air ke Ayung.

Namun seindah apapun rencana, edisi jahat tak selamanya terlaksana. Meskipun kami berhasil menyiramkan tepung dan air, sehingga Ayung berubah menjadi balutan tepunng dengan adonan yang tidak sempurna. Telur yang Ulfa lemparkan ternyata telur matang, sehingga bukannya pecah di tubuh Ayung, namun malah terpental entah kemana. Muasalnya telur yang Ulfa ambil adalah salah. Telur tersebut yang kebetulan punya saya dari ibu di kampung, sengaja ada yang sudah di rebus dan yang masih mentah. Dan Ulfa pun mengambil dari kulkas tanpa membedakannya. Jadilah kesemua itu adegan lucu, dan tentunya cerita kami sampai saat ini karena sebuah telur yang keliru.

Teman, ada kalanya kejadian itu seperti sebuah telur yang keliru. Sehingga kejadian itu tidak sesuai rencana dan tidak sesuai yang di harapkan namun ternyata justru memberikan kenangan indah. Dan, juga menjadi benang yang menyatukan kita dengan banyak hati meski telah berpisah bukan pada sekedar waktu yang lama, tapi juga tempat yang jauh.

14 pemikiran pada “Telur Yang Keliru”

  1. Hiyaaahhahaa… seruuu banget sih mbaaa kos2annya :))
    Aku blum pernah ngekos sih. Dan Alhamdulillah, belum pernah diguyur telur whatsoever gitu deh, pas ulang tahun 🙂

    Balas
  2. mbak kebagian ngegiring target ke TKP, haha. huaa, jadi ingat masa2 ngekos juga, eh lebih tepatnya pas ngontak. kalau ngekos saya lebih terlihat cool(kas), haha. tapi pas ngotrak teman2 sekelas saja gitu, mbak. saya pun pernah jadi korban aniyaya teman2 pas ultah. disiram air comberan di depan pagar, saya awalnya kaget "looh, maksudnya', ngebatin gitu. lupa kalau lagi ultah, buahaha. terus yah gitu, telor dan tepung sukses melumuri badan saya, juga seperti adonan tak sempurna. tapi bedanya telornya mentah, haha, yang teman mbak lucu, plus kasihan kan sakit yah 😀

    Balas
  3. Kadang sebel juga dengan perbuatan teman yang serasa "menganiaya", namun itu adalah bentuk perhatian sehingga kita tak akan lupa momen tersebut sampai kapan pun

    Balas
  4. Hihi jd terbayang telur mentalnya. Sy paling ga suka kalo ultah dilempar tepung dan telur..untungnya ga ada yg melakukannya jg..lbh enak dibikin kue. Masa2 ngekos ya…

    Balas
  5. ini namanya tidak syukur nikmat, para pelaku penganiayaan ini harusnya menyadari untuk tidak menjadikan bahan makanan sebagai alat penganiayaan, walaupun tepung dan telur itu harganya murah tetapi tidak pantas dihamburkan demikian, itu kan makanan… di daerah-daerah yang dilanda perang betapa berharganya jenis makanan yang disebutkan itu. Tapi untung deh lemparnya pake telur hewan, kalo pake telur non hewan yaaahhh,, bisa berabe,,, hehehe

    Balas

Tinggalkan komentar