Keajaiban Dua Menit

Jika kita diminta, menginginkan proses yang bagaimana jika melahirkan nantinya?, Jawabannya kebanyakan wanita akan sama : normal dan lancar. Dua kata yang jadi doa ibu hamil untuk proses persalinannya. Namun adakalanya, harapan tidak sesuai kenyataan. Di situlah sebenarnya letak ujian sehingga menjadi pemberat amalan. Begitulah, saya juga dihadapkan pada pilihan untuk proses persalinan. Karena si debay kerasan diperut si emak, sehingga telah kadaluarsa HPLnya. Istilah kerennya dari dokter sih telah Post Date maka pilihan di berikan. Antara normal dengan induksi, yang katanya bukan lagi sakitnya setengah mati, namun bermati- mati atau bukan normal alias operasi caesar. Dan dengan berbagai pertimbangan saya memilih resiko induksi meski sesungguhnya takut sekali.

Waktu serasa berhenti berjalan ketika proses persalinan . Pembukaan dari satu sampai sepuluh yang memakan waktu lima jam seakan lima bulan. Semakin lama bukannya sakit menghilang tapi kian menjadi. Kekuataan fisik pun terkuras menahan sakit selama pembukaan. Justru saat itulah sesungguhnya tenaga yang besar diperlukan untuk mengejan. Karena pada proses inilah sebuah klimaks dari proses panjang menjadi ibu. 

 

Namun, lagi kesulitan itu masih menghantui . Ketika kekuatan telah di kerahkan namun tak juga berhasil, maka muncul kepasrahan untuk menyerahkan diri ini sepenuhnya pada Sang Maha Pemberi Hidup. Selang oksigen pun turut mencium bibir hidung. Dan lagi- lagi ku dengar bunyi gunting yang entah keberapa memotong bagian tubuh ini. Namun semua tak ada apa- apa terhadap rasa yang luar biasa. Patutlah Allah mengganjar meninggalnya ibu karena melahirkan adalah jihad juga.

Tenaga medis sepertinya kawatir juga dengan kondisi ini. Memberi semangat pada saya agar bisa persalinan segera. Bahkan dokter memberi ultimatum. Jam sembilan belum melahirkan akan ada tindakan. Sementara tinggal satu jam lagi dokter akan mengeksekusi, badan kian melemah.

Sepertinya saya perlu mendapatkan bukti yang terpampang nyata sesungguhnya seperti apa keajaiban. Selama ini saya sering mendengarkan cerita keajaiban detik terakhir, dan kali ini saya jadi pemerannya. Jika dilogika tidak akan bisa manusia memikirkannya, namun justru Allah memperlihatkan Kuasanya. Dalam kepasrahan, kelemahan, dan ketidakberdayaan keajaiban itu datang. Tepat di dua menit terakhir entah tenaga dari mana, dan bagaimana caranya untuk pertama kalinya saya melihat buah hati saya. Dan benar, sakit yang luar biasa sirna. Terobati oleh tangis buah hati. Alhamdulillah..

Sekarang telah lima bulan saya resmi jadi orang tua bagi buah hati saya. Ketika menngingat bagaimana proses persalinannya yang penuh perjuangan semakin menambah rasa sayang. Mungkin sejak dikandungan si kecil telah mengerti emaknya penganut “the power of deadline”, sehingga akan melihat dunia pun ia menerapkan paham emaknya. Dan tentunya memberikan makna keajaiban dua menit yang sesungguhnya

8 pemikiran pada “Keajaiban Dua Menit”

  1. banyak yang bilang benar- benar menjadi wanita jika mengalaminya

    Alhamdulillah, rasa sakit yang luar biasa itu telah hilang jika memandang si kecil 🙂

    Balas
  2. Subhanallah, kayak pengalaman melahirkan si sulung, udah diultimatum juga, alhamdulillah lahir normal meski tubuh udah lemes sampai dipasang oksigen.

    Balas
  3. Sungguh, sebuah proses persalinan yang luar biasa. Layaklah jika pahala seorang ibu disamakan dengan orang yang berjihad.

    Balas

Tinggalkan komentar